VbQOm8cTeaQ66gqgO2NakxTPshs Indonesian Retail

April 24, 2017

Seven Eleven Akhirnya Dijual

Jakarta - Waralaba yang sempat melejit di tanah air, 7-Eleven harus beralih kepemilikan dari PT Modern Sevel Indonesia (MSI) kepada PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) yang merupakan entitas dari PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk.

Hal ini ditandai dengan penandatanganan akusisi oleh kedua belah pihak pada 19 April 2017. Kemudian dipublikasikan dalam keterbukaan informasi yang dikutip detikFinance, Senin (24/4/2017).

Sevel sepakat dialihkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 1 triliun. Nilai transaksi melebihi dari 50% dari nilai ekuitas perseroan per 31 Desember 2016.

Transaksi rencananya akan diselesaikan pada tanggal 30 Juni 2017 dengan beberapa syarat persetujuan korporasi lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), instansi pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kreditur hingga 7-eleven Inc.

Sevel Makin Sepi

7-Eleven alias sevel adalah waralaba yang bergerak pada segmen bisnis restoran dan convenience store. Peralihan yang cukup mengejutkan, karena terjadi ketika waralaba tersebut tengah dalam situasi menurun.

Dituliskan dalam keterbukaan informasi tersebut, bahwa sevel sudah mengalami kerugian pada beberapa tahun akhir karena persaingan pasar yang tinggi serta. Sementara pengembangan bisnis memerlukan modal yang besar.

detikFinance, beberapa waktu lalu sempat menelusuri perkembangan bisnis tersebut di Jakarta. Ditemukan beberapa gerai tutup. Ada berbagai isu yang sempat menjadi indikasi, seperti larangan penjualan alkohol hingga aktivitas nongkrong enggak jajan.

Baca juga: Nongkrong Enggak Jajan, Bikin Banyak Sevel Tutup?

Corporate Secretary 7-Eleven Tina Novita mengkonfirmasi hal tersebut pada awal tahun. Ia menyebutkan bahwa ada penutupan 30 gerai akibat rugi, seiring dengan biaya operasional yang membengkak tak sesuai pendapatan.

Penurunan bisnis terjadi sejak 2015, ketika ekonomi nasional juga memang sedang melemah khususnya pada komponen daya beli masyarakat. Di samping itu ada larangan penjualan minuman beralkohol pada 17 April 2015.

Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol.

"Salah satunya minuman beralkohol itu dilarang jadi penjualannya berkurang, penurunan pembelian snack-snack seperti kacang-kacangan juga, dan sebagian karena untuk toko-toko yang performanya turun dia tidak bisa bayar listrik. Supaya kita tidak terlalu rugi banyak, mau tidak mau tutup," ujar Tina

sumber: Detik Finance

October 2, 2014

Merchandising Management

Barang dagangan atau merchandising merupakan hal yang vital pada usaha ritel. Karena dari sinilah sumber utama penghasilan perusahaan disamping pendapatan lainnya yang juga berhubungan langsung dengan barang dagangan yang dipajang atau dipromosikan. Beragam item dijual pada toko tergantung pelanggan yang dilayani, posisi dan letak yang mempengaruhi luas dan bentuk dari outlet tersebut. Untuk ritel dengan ukuran hyper, display area lebih dari 5000.m2, mereka bisa memiliki jenis item sampai 50.000 SKU. Sementara untuk ukuran 1.000-5.000 m2 supermarket, berkisar 30.000 SKU, dan  Oleh Pada umumnya kita mkarena itu pengelolaan barang dagangan dengan baik sangat diperlukan agar margin dari berbagai kategori product yang dijual dapat menghasilkan keuangan engartikan pengelolaan Merchandising adalah hanya berfokus pada pengertian barang dagangan itu sendiri hal ini jelas sangat sempit dan akan membawa kita ke dalam pengertian retail sebagai sekedar bahan logistic semata. Lebih dari itu pengelolaan merchandisihing adalah serangkaian aktiviitas untuk memperoleh barang dagangan atau jasa sehingga tersedia untuk dijual dengan harga dan quantitas maksimum agar dapat memenuhi tujuan dari pada usaha retail tersebut. Merchandisiing meliputi aspek berikut:
1. Range ketersediaan dalam berbagai macam jenis
2. Tata pemajangan yang menarik
3. Proses dari perencanaan dan management barang dagangan

Sehingga pengelolaan merchandising yang baik akan berdampak pada peningkatan keuntungan toko.

Hasil dari system merchandising adalah optimalisasi penjualan, meminimalisasi biaya untuk menyimpan, memaximalkan outcome throough put dan memaksimalkan kerugian akibat dari markdown (penurunan harga) atau stock yang tidak tersedia. Model Perencanaan Merchandising yang tepat, mencakup
1.Right Product
2.Right Place
 3.Right Time
4.Right PRize
5.Right Mix (assortment)
6.Right Quality
7.Right Quantity

Ke tujuh model perencanaan merchandising tersebut bertujuan untuk memaximalkan penjualan, turnover barang yang tinggi dan memaximalkan keuntungan

Setelah membuat perencanaan system merchandising perlu juga ditetapkan hierarcki product yang merupakan pembagian bauran(mix merchandising) pada berbagai tingkat yang tergantung pada kompleksitas product dan pada keingan untuk menjual produk tersebut. Tujuannya dalah untuk pembagian atau grouping sehingga mempermudah dalam perencanaannya. Misalnya dalam melakukan rencana pemesanan, dapat diketahui informasi mengenai ketersediaan stock pada berbagai  level stock. JUga bermannfaat dalam melakukan analisa kinerja yang tepat sampai kepada level unit tertenut.  Hierarchy dapat dikelompokkan mulai dari kelompok devisi yang besar hingga menjadi kelompok yang kecil atau specific seperti SKU atau Stock keeping unit. Misal
1.Devision: Food
2.Departemen: Packaging Food
3.Category: Sauce
4.Sub Category:Tomat
5.Brand: Maggi
6.Opsi: ukuran 300 ml
Untuk lebih jelasnya konsep Hierarki ini adalah sebagai berikut


Range planning pada bauran merchandising merupakan  penentuan dan penempatan item yang berbeda secara categories pada shelving di toko. Outlet yang berlokasi ditempat yang satu dengan yang lain memiliki karkaterk yang berbeda dan tingkat penjualan nya juga yang berbeda sehingga penentuan range atau tingkat persentase pada berbagai hieraki perlu diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi range planning adalah tingkat turnover stock dan quantitiy stock. Planning berikutnya adalah assortment yang merupakan penentuan varietas dan jenis barang pada satu jenis line product sehingga barang tersedia untuk dijual pada level  minimum dan maximum.

Keputusan strategi merchandising akan mempengaruhi alur distribusi dari buyer, distributor, toko dan ke tangan konsumen.

Merchandising system terdiri dari 3 sub sistem
1.Merchandising Buying, proses mengindentifikasi sumber pemasok, kemudian mengontak pemasok dan melakukan penanganan merchandising, melakukan negosiasi dengan supplier. Dalam melakukan pembelian, perlu mempertimbangkan pemasok dari pabrik dan wholesaler. Keuntungan membeli dari pabrik adalah biasanya memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan wholesaler harga. Dalam melakukan pembelian perlu dipertimbangkan kualitas, warna dan kelenturan , harga dan support untuk promosi. Peritel dalam proses buying ini juga berkemsempatan untuk mendapatkan buying income,  Buying Income dinegosiasi oleh buyer dengan supplier berdasarkan Trading Term Negotiation sebagai berikut:

a. Bonus supplier (Rebate)
b. Promotion Income
c. Advertising Support
d. New Line Ticket
e. Volume Purchase Rebate
f. Damaged Good Allowance

Kesalahan atau kegagalan yang sering terjadi dalam proses pembelian barang adalah sebagai berikut:
  1. Kegagalan untuk menganalisa produk sebelumnya.
  2. Tidak memiliki catatan produk tersebut pada tahun sebelumnya.
  3. Tidak melakukan seleksi pemasok, yang penting kuantitas tercapai.
  4. Menggunakan pemasok yang terlalu banyak.
  5. Pembelian yang terlalu banyak tanpa memperhatikan  permintaan pelanggan.
  6. Tidak melihat waktu ataupun even seasonal dalam memesan barang.
  7. Kegagalan dalam memprediksi keakuratan waktu dalam pengantaran pesanan.
  8. Buying too broad of a product line.
  9. Failure to cancel past due orders.
  10. Kegagalan untuk mendapatkan diskon dari pemasok.
  11. Kegagalan untuk mempelajari tingkat efisiensi pasar untuk mendapatkan kualitas dan harga yang baik.

Proses kedua Buying Process, meliputi proses untuk membeli merchandise yang dapat berasal dari pabrikan langsung dan distributor. Dalam melakukan pembeliaan hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian produk dengan kwalitas yang disyaratkan, warna, kelenturan, support untuk promosi barang, waktu pesan sudah dengan barang tiba, ketepatan.
Setelah item dari pemasok tiba ditoko, proses merchandise selanjutnya yang krusial adalah penanganan barang, baik disimpan di gudang atau pun langsung dilakukan pemajangan langsung. 

November 30, 2012

Management Display




Display Barang di Area Penjualan                                                                                        
Fruit and Vegetable  
1.    Siapkan space yang cukup sesuai dengan sales.          
2.    Crisping atau  pencelupan sayur daun kecuali kemangi wangsui, katuk dan lain-lain.
3.    Produk bersih dari kotoran untuk semangka, pepaya dan salak.
4.    Cutting (dipotong) untuk semangka, pepaya dan melon.
5.    Packing atau wraping untuk produk sensitif.
6.    Pergunakan tatakan atau alas khusus buah yang sensitif, seperti: plum, apricot, kiwi, pisang dan lain-lain.
7.    First In First Out  (FIFO),  dahulukan penjualan untuk item yang lebih  
dahulu masuk.
8.    First  Ripe  First  Out (FRFO),  semua  buah  yang  lebih  matang       
9.    dibandingkan  buah  lainnya,  harus  dijual  lebih  dahulu  dan  display ditempat yang mudah dijangkau agar terjual lebih dulu.
10.  Quality Control (sortir) produk sebelum di display harus dilakukan sortir mutu, untuk menjamin mutu yang baik.
11.  Penataan  Barang,  penataan  barang  setiap  produk  berbeda  yang disesuaikan dengan groupingnnya. Quantity display disesuaikan dengan prediksi sales hari itu.
12.  Penempatan produk di chiller tidak untuk seluruh produk. Berikut yang produk yang tidak boleh di display di chiller, seperti : bawang, kentang, pisang dan mangga.
13.  Sensitif ethylen dan  non sensitif ethylen, seperti: beberapa buah ada yang mengeluarkan gas ethiylen  (contoh: duren, cempedak) jangan di display  dekat  dengan  buah-buahan  klimaterik (memerlukan  proses) misalnya pisang, alpukat, mangga.
14.   

Meat, Fish dan Delicatessen                                                                                                
1.    Siapkan space yang cukup.       
2.    Produk dibersihkan.
3.    Cutting (dipotong) menjadi bagian yang kecil
4.    Triming produk
5.    Produk
6.    Packing atau wrapping
7.    Labeling.
8.    Thawing/pencairan.
9.    Es tersedia cukup (ikan dan ayam)
10.  First In First Out (FIFO)
11.  Last In First Out (LIFO) untuk ikan tergantung kondisi.
12.  Quality control atau sortir
13.  Penataan barang
14.  Penumpukan tidak boleh lebih dari dua (2) susun.
15.  Brand atau nama barang dihadapkan ke depan.
16.  Sensitif ethylen dan  non sensitif ethylen, seperti: beberapa buah ada yang mengeluarkan gas ethiylen  (contoh: duren, cempedak) jangan di display  dekat  dengan  buah-buahan  klimaterik (memerlukan  proses) misalnya pisang, alpukat, mangga.
17.  Jumlah display disesuaikan dengan prediksi sales hari ini.
18.  Produk yang dipromosikan mendapat lokasi yang lebih strategis dengan jumlah yang banyak.
19.  Langkah-langkah  yang  Harus  di  Perhatikan  untuk  Memperoleh  Hasil Display yang Baik

Grouping, pendisplayan produce di toko berdasarkan konsep grouping yang dipisahkan antara sayur dan buah. Category,  dari grouping, pendisplayan dipisah atas beberapa category antara lain:
a.    Buah: apel, jeruk, pear, stone fruit, eksotik, cutting fruit, mangga, pisang, semangka.
b.    Sayuran: daun, lalapan, hydroponik, import, kacang-kacangan, tomat, gambas (terung, pare dan lain-lain), jamur, cabe dan bumbu, bawang, kentang dan umbi.

Dummy  sistem, diperlukan  dalam  pendisplayan  untuk mengurangi jumlah stock, dummy diletakan di dalam container dapat berupa kardus kosong atau dibuat permanen dari bahan triplek.
Layout, semua item yang dijual baik di chiller, fruit bin, floor display harus di input dalam layout yang ada di komputer sesuai dengan nomor rak.
Temperatur di chiller dan showcase harus standard, untuk sayuran dan buah dua (2) sampai delapan (80) Celcius..
Penyemprotan sayur daun (minimal tiga (3) kali sehari) untuk menjamin kesegaran.
Seluruh  produk  memiliki  price  card.  Apabila  menggunakan  Point Of Purchase (POP) harus jelas, menarik dan harga up date.
Penataan  ulang  harus  dilakukan  secara  berkaladengan  melakukan rolling, serta melakukan sortir mutu.
Pencelupan juga harus dilakukan malam harisebelum toko tutup (untuk sayuran).
Seluruh produk memiliki price card. Apabila menggunakan POP harus jelas, menarik dan harga update.
Penataan  ulang  harus  dilakukan  secara  berkala  dengan  melakukan rolling, sserta melakukan sortir mutu.

Jika ada genangan darah pada nampan harus segera dibersihkan.
Jika es sudah mencair dan tergenang pada nampan (udang atau cumi) air harus dibuang.
Pemberian  ice  flakes  harus  dilakukan  sesering  mungkin  dilakukan supaya ikan terlihat selalu basah.

February 14, 2012

7 Eleven Present in Indonesia

The presence of 7-Eleven in Jakarta is not only questioned the city government, but also the Jakarta local parliament. Convenience stores used for hangout of young children Jakarta is so different from those in other countries.

"On the 7-Eleven Singapore is minimarket concepts, but why in Indonesia is different could be a restaurant?" said a member of City Council Commission B, S Andika, while talking to AFP on Tuesday (02/14/2012).

According to Andie, there should be a clear decisiveness about licensing. He added, with licensing of this restaurant, 7-Eleven is free to spread to all places. Of course this is a problem for SMEs, or a traditional grocery shop. Actually, when this is not the only 7-Eleven are a concern but also a minimarket.

"We asked for permission as 7-Eleven is located at the Tourism Office again. We also want the existence of such mini-store is not shut down a small shop owned by the community," he explained.

Andie criticized the city government that is often easily poured permission for the construction of a minimarket in some areas. Should be considered with the condition of society.