VbQOm8cTeaQ66gqgO2NakxTPshs Indonesian Retail: 10/14

October 2, 2014

Merchandising Management

Barang dagangan atau merchandising merupakan hal yang vital pada usaha ritel. Karena dari sinilah sumber utama penghasilan perusahaan disamping pendapatan lainnya yang juga berhubungan langsung dengan barang dagangan yang dipajang atau dipromosikan. Beragam item dijual pada toko tergantung pelanggan yang dilayani, posisi dan letak yang mempengaruhi luas dan bentuk dari outlet tersebut. Untuk ritel dengan ukuran hyper, display area lebih dari 5000.m2, mereka bisa memiliki jenis item sampai 50.000 SKU. Sementara untuk ukuran 1.000-5.000 m2 supermarket, berkisar 30.000 SKU, dan  Oleh Pada umumnya kita mkarena itu pengelolaan barang dagangan dengan baik sangat diperlukan agar margin dari berbagai kategori product yang dijual dapat menghasilkan keuangan engartikan pengelolaan Merchandising adalah hanya berfokus pada pengertian barang dagangan itu sendiri hal ini jelas sangat sempit dan akan membawa kita ke dalam pengertian retail sebagai sekedar bahan logistic semata. Lebih dari itu pengelolaan merchandisihing adalah serangkaian aktiviitas untuk memperoleh barang dagangan atau jasa sehingga tersedia untuk dijual dengan harga dan quantitas maksimum agar dapat memenuhi tujuan dari pada usaha retail tersebut. Merchandisiing meliputi aspek berikut:
1. Range ketersediaan dalam berbagai macam jenis
2. Tata pemajangan yang menarik
3. Proses dari perencanaan dan management barang dagangan

Sehingga pengelolaan merchandising yang baik akan berdampak pada peningkatan keuntungan toko.

Hasil dari system merchandising adalah optimalisasi penjualan, meminimalisasi biaya untuk menyimpan, memaximalkan outcome throough put dan memaksimalkan kerugian akibat dari markdown (penurunan harga) atau stock yang tidak tersedia. Model Perencanaan Merchandising yang tepat, mencakup
1.Right Product
2.Right Place
 3.Right Time
4.Right PRize
5.Right Mix (assortment)
6.Right Quality
7.Right Quantity

Ke tujuh model perencanaan merchandising tersebut bertujuan untuk memaximalkan penjualan, turnover barang yang tinggi dan memaximalkan keuntungan

Setelah membuat perencanaan system merchandising perlu juga ditetapkan hierarcki product yang merupakan pembagian bauran(mix merchandising) pada berbagai tingkat yang tergantung pada kompleksitas product dan pada keingan untuk menjual produk tersebut. Tujuannya dalah untuk pembagian atau grouping sehingga mempermudah dalam perencanaannya. Misalnya dalam melakukan rencana pemesanan, dapat diketahui informasi mengenai ketersediaan stock pada berbagai  level stock. JUga bermannfaat dalam melakukan analisa kinerja yang tepat sampai kepada level unit tertenut.  Hierarchy dapat dikelompokkan mulai dari kelompok devisi yang besar hingga menjadi kelompok yang kecil atau specific seperti SKU atau Stock keeping unit. Misal
1.Devision: Food
2.Departemen: Packaging Food
3.Category: Sauce
4.Sub Category:Tomat
5.Brand: Maggi
6.Opsi: ukuran 300 ml
Untuk lebih jelasnya konsep Hierarki ini adalah sebagai berikut


Range planning pada bauran merchandising merupakan  penentuan dan penempatan item yang berbeda secara categories pada shelving di toko. Outlet yang berlokasi ditempat yang satu dengan yang lain memiliki karkaterk yang berbeda dan tingkat penjualan nya juga yang berbeda sehingga penentuan range atau tingkat persentase pada berbagai hieraki perlu diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi range planning adalah tingkat turnover stock dan quantitiy stock. Planning berikutnya adalah assortment yang merupakan penentuan varietas dan jenis barang pada satu jenis line product sehingga barang tersedia untuk dijual pada level  minimum dan maximum.

Keputusan strategi merchandising akan mempengaruhi alur distribusi dari buyer, distributor, toko dan ke tangan konsumen.

Merchandising system terdiri dari 3 sub sistem
1.Merchandising Buying, proses mengindentifikasi sumber pemasok, kemudian mengontak pemasok dan melakukan penanganan merchandising, melakukan negosiasi dengan supplier. Dalam melakukan pembelian, perlu mempertimbangkan pemasok dari pabrik dan wholesaler. Keuntungan membeli dari pabrik adalah biasanya memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan wholesaler harga. Dalam melakukan pembelian perlu dipertimbangkan kualitas, warna dan kelenturan , harga dan support untuk promosi. Peritel dalam proses buying ini juga berkemsempatan untuk mendapatkan buying income,  Buying Income dinegosiasi oleh buyer dengan supplier berdasarkan Trading Term Negotiation sebagai berikut:

a. Bonus supplier (Rebate)
b. Promotion Income
c. Advertising Support
d. New Line Ticket
e. Volume Purchase Rebate
f. Damaged Good Allowance

Kesalahan atau kegagalan yang sering terjadi dalam proses pembelian barang adalah sebagai berikut:
  1. Kegagalan untuk menganalisa produk sebelumnya.
  2. Tidak memiliki catatan produk tersebut pada tahun sebelumnya.
  3. Tidak melakukan seleksi pemasok, yang penting kuantitas tercapai.
  4. Menggunakan pemasok yang terlalu banyak.
  5. Pembelian yang terlalu banyak tanpa memperhatikan  permintaan pelanggan.
  6. Tidak melihat waktu ataupun even seasonal dalam memesan barang.
  7. Kegagalan dalam memprediksi keakuratan waktu dalam pengantaran pesanan.
  8. Buying too broad of a product line.
  9. Failure to cancel past due orders.
  10. Kegagalan untuk mendapatkan diskon dari pemasok.
  11. Kegagalan untuk mempelajari tingkat efisiensi pasar untuk mendapatkan kualitas dan harga yang baik.

Proses kedua Buying Process, meliputi proses untuk membeli merchandise yang dapat berasal dari pabrikan langsung dan distributor. Dalam melakukan pembeliaan hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian produk dengan kwalitas yang disyaratkan, warna, kelenturan, support untuk promosi barang, waktu pesan sudah dengan barang tiba, ketepatan.
Setelah item dari pemasok tiba ditoko, proses merchandise selanjutnya yang krusial adalah penanganan barang, baik disimpan di gudang atau pun langsung dilakukan pemajangan langsung.