Barang dagangan atau merchandising merupakan hal yang vital
pada usaha ritel. Karena dari sinilah sumber utama penghasilan perusahaan
disamping pendapatan lainnya yang juga berhubungan langsung dengan barang
dagangan yang dipajang atau dipromosikan. Beragam item dijual pada toko
tergantung pelanggan yang dilayani, posisi dan letak yang mempengaruhi luas dan
bentuk dari outlet tersebut. Untuk ritel dengan ukuran hyper, display area
lebih dari 5000.m2, mereka bisa memiliki jenis item sampai 50.000 SKU.
Sementara untuk ukuran 1.000-5.000 m2 supermarket, berkisar 30.000 SKU, dan Oleh Pada umumnya kita mkarena itu pengelolaan barang dagangan dengan
baik sangat diperlukan agar margin dari berbagai kategori product yang dijual
dapat menghasilkan keuangan engartikan
pengelolaan Merchandising adalah hanya
berfokus pada pengertian barang dagangan itu sendiri hal ini jelas sangat sempit dan akan membawa kita ke dalam
pengertian retail sebagai sekedar bahan logistic semata. Lebih dari itu pengelolaan
merchandisihing adalah serangkaian aktiviitas untuk memperoleh barang dagangan
atau jasa sehingga tersedia untuk dijual dengan harga dan quantitas maksimum
agar dapat memenuhi tujuan dari pada usaha retail tersebut. Merchandisiing
meliputi aspek berikut:
1. Range ketersediaan dalam berbagai macam jenis
2. Tata pemajangan yang menarik
3. Proses dari perencanaan dan management barang dagangan
Sehingga pengelolaan merchandising yang baik akan berdampak
pada peningkatan keuntungan toko.
Hasil dari system merchandising adalah optimalisasi
penjualan, meminimalisasi biaya untuk menyimpan, memaximalkan outcome throough
put dan memaksimalkan kerugian akibat dari markdown (penurunan harga) atau
stock yang tidak tersedia. Model Perencanaan Merchandising yang tepat, mencakup
1.Right Product
2.Right Place
3.Right Time
4.Right PRize
5.Right Mix (assortment)
6.Right Quality
7.Right Quantity
Ke tujuh model perencanaan merchandising tersebut bertujuan
untuk memaximalkan penjualan, turnover barang yang tinggi dan memaximalkan keuntungan
Setelah membuat perencanaan
system merchandising perlu juga ditetapkan hierarcki product yang merupakan
pembagian bauran(mix merchandising) pada berbagai tingkat yang tergantung pada
kompleksitas product dan pada keingan untuk menjual produk tersebut. Tujuannya
dalah untuk pembagian atau grouping sehingga mempermudah dalam perencanaannya. Misalnya
dalam melakukan rencana pemesanan, dapat diketahui informasi mengenai
ketersediaan stock pada berbagai level
stock. JUga bermannfaat dalam melakukan analisa kinerja yang tepat sampai
kepada level unit tertenut. Hierarchy
dapat dikelompokkan mulai dari kelompok devisi yang besar hingga menjadi
kelompok yang kecil atau specific seperti SKU atau Stock keeping unit. Misal
1.Devision: Food
2.Departemen: Packaging Food
3.Category: Sauce
4.Sub Category:Tomat
5.Brand: Maggi
6.Opsi: ukuran 300 ml
Untuk lebih jelasnya konsep Hierarki ini adalah sebagai
berikut
Range planning pada bauran
merchandising merupakan penentuan dan
penempatan item yang berbeda secara categories pada shelving di toko. Outlet
yang berlokasi ditempat yang satu dengan yang lain memiliki karkaterk yang
berbeda dan tingkat penjualan nya juga yang berbeda sehingga penentuan range
atau tingkat persentase pada berbagai hieraki perlu diperhatikan. Faktor yang
mempengaruhi range planning adalah tingkat turnover stock dan quantitiy stock.
Planning berikutnya adalah assortment yang merupakan penentuan varietas dan
jenis barang pada satu jenis line product sehingga barang tersedia untuk dijual
pada level minimum dan maximum.
Keputusan strategi merchandising akan mempengaruhi alur
distribusi dari buyer, distributor, toko dan ke tangan konsumen.
Merchandising system terdiri dari 3 sub sistem
1.Merchandising Buying, proses
mengindentifikasi sumber pemasok, kemudian mengontak pemasok dan melakukan
penanganan merchandising, melakukan negosiasi dengan supplier. Dalam melakukan
pembelian, perlu mempertimbangkan pemasok dari pabrik dan wholesaler.
Keuntungan membeli dari pabrik adalah biasanya memiliki harga lebih murah
dibandingkan dengan wholesaler harga. Dalam melakukan pembelian perlu
dipertimbangkan kualitas, warna dan kelenturan , harga dan support untuk
promosi. Peritel dalam proses buying ini juga berkemsempatan untuk mendapatkan
buying income, Buying Income dinegosiasi
oleh buyer dengan supplier berdasarkan Trading Term Negotiation sebagai
berikut:
a. Bonus supplier (Rebate)
b. Promotion Income
c. Advertising Support
d. New Line Ticket
e. Volume Purchase Rebate
f. Damaged Good Allowance
Kesalahan atau kegagalan yang sering terjadi dalam proses
pembelian barang adalah sebagai berikut:
- Kegagalan untuk menganalisa produk sebelumnya.
- Tidak memiliki catatan produk tersebut pada tahun sebelumnya.
- Tidak melakukan seleksi pemasok, yang penting kuantitas tercapai.
- Menggunakan pemasok yang terlalu banyak.
- Pembelian yang terlalu banyak tanpa memperhatikan permintaan pelanggan.
- Tidak melihat waktu ataupun even seasonal dalam memesan barang.
- Kegagalan dalam memprediksi keakuratan waktu dalam pengantaran
pesanan.
- Buying too broad of a product line.
- Failure to cancel past due orders.
- Kegagalan untuk mendapatkan diskon dari pemasok.
- Kegagalan untuk mempelajari tingkat efisiensi pasar untuk mendapatkan kualitas dan harga yang baik.
Proses kedua Buying Process, meliputi proses untuk membeli
merchandise yang dapat berasal dari pabrikan langsung dan distributor. Dalam
melakukan pembeliaan hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian produk
dengan kwalitas yang disyaratkan, warna, kelenturan, support untuk promosi
barang, waktu pesan sudah dengan barang tiba, ketepatan.
Setelah item dari pemasok tiba ditoko, proses merchandise
selanjutnya yang krusial adalah penanganan barang, baik disimpan di gudang atau
pun langsung dilakukan pemajangan langsung.